Seperti biasa, aku menciptakan tempat sampahku sendiri.
Rasanya
hidupku sudah penuh dengan hal-hal yang sia-sia. Hingga detik ini, aku belum
merasakan hidup yang sesungguhnya. Aku sudah terlena. Aku malah ingin di
penjara, merasakan nikmatnya dan indahnya cinta Allah. Aku tidak ingin lagi
terbang bebas seperti burung. Toh, aku masih bisa menatap indahnya langit,
merasakan harumnya bunga, menghirup udara sesegar dulu, dan memandangi
bintang-bintang. Karena Allah maha pemurah.
Ya, karena
aku jenuh. Jenuh dengan rutinitasku yang sekarang. Semua yang ku lakukan, jadi
serba berlebihan dan terlewat batasnya. Pagar yang sudah ku bangun selama
bertahun-tahun kini tinggal akarnya. Akar yang menancap di tanah. Bunga yang
menghiasinya kini tak tampak lagi. Batangnya sudah keropos. Warna catnya juga
sudah mulai pudar. Tapi masih di bilang kokoh. Tahu apa yang ku maksud?
Aku ingin bisa shalat tepat waktu lagi!
Aku ingin bisa menikmati indahnya berpuasa!
Aku ingin merasakan nikmatnya menangis di sepertiga malam
terakhir!
Aku ingin, kembali berkumpul dengan orang-orang yang
menyejukkan hati!
Aku ingin manjaga Lisan, Mata, Telinga dan seluruh anggota
badanku!
Aku kehilangan ghandul basharku...
Aku kehilangan teman-temanku yang dulu.
Dan sekarang aku mulai berfikir bahwa adaptasiku mulai
menghilangkan warnaku. Aku mulai terwarnai. Aku tak ingin berteriak lagi. Aku nggak mau kehilangan aku yang dulu. Dan
aku menangis saat ini.
Aku
kehilangan sosok teman-teman yang mampu menjaga dirinya. Aku rindu mereka ya
Allah.. Aku rindu.
Sekarang aku
bisa seenaknya duduk satu bangku dengan lawan jenisku, aku bisa seenaknya di
colek oleh teman laki-lakiku, aku bisa-bisanya di bodohi oleh mereka yang
mengirimiku pesan singkat dan akhirnya aku mengotori hatiku, aku jadi jarang
bangun pagi sepagi dulu, aku jadi jarang menghatamkan al-qur’an, aku jadi
jarang berdzikir pagi, aku jadi sering bernyanyi daripada mengingat Tuhan, aku
jadi tidak pernah menangis karena memaknai arti Al-Qur’an, aku jadi lebih
banyak menghujat dari pada bersyukur, aku jadi lebih manja dari biasanya, aku
tidak pernah shalat di awal waktu, aku jadi mudah menggampangkan sebuah dosa,
aku juga jarang pakai kaus kakiku lagi, aku sekarang takut mengingatkan
temanku. Karena aku : KOTOR.
Dulu aku
berfikir, aku tidak bisa hidup hanya dengan diam. Makanya aku menjadi orang
yang super duper rame. Tapi aku jadi bukan seobrang wanita. Aku menjadi liar.
Aku suka berteriak, aku suka melakukan hal yang membuat laki-laki menjadi
senang menggodaku. Tapi aku sadar, bahwa ceria itu, tidak harus berlebihan. Aku
tetap bisa tersenyum ,aku tetap bisa berjalan dengan santai dan ramah. Yang aku
butuhkan saat ini hanyalah melembutkan hatiku. Memperbaiki tawakkalku, dan
ikhtiarku. Ikhtiarkku untuk mejadi akhwat yang shalihah. Tidak perduli apa yang
akan mereka katakan padaku. Jadi orang yang kalem, bukan berarti harus diam.
Tapi aku bisa mengurangi intensitas tertawaku, intensitas lisanku dalam
berteriak. Aku menyesal.
Belajarku
pun mulai kacau. Kapan aku belajar dengan sungguh-sungguh? Tidak pernah. Aku
tidak punya niat yang tulus untukk berusaha belajar. Selalu di tunda, dan
akhirnya, aku tidak melakukan apa-apa. Dan akhirnya pada saat nilaiku hancur,
aku tertekan, kecewa, dan mutung. Tidak
sepantasnya itu aku lakukan. Karena itu semua : SALAHKU! Aku bersalah telah
tidak sungguh-sungguh. Aku bersalah sudah mengejar yang lain. Cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar