Sabtu, 04 Februari 2012

SAMPAH


Seperti biasa, aku menciptakan tempat  sampahku sendiri.
            Rasanya hidupku sudah penuh dengan hal-hal yang sia-sia. Hingga detik ini, aku belum merasakan hidup yang sesungguhnya. Aku sudah terlena. Aku malah ingin di penjara, merasakan nikmatnya dan indahnya cinta Allah. Aku tidak ingin lagi terbang bebas seperti burung. Toh, aku masih bisa menatap indahnya langit, merasakan harumnya bunga, menghirup udara sesegar dulu, dan memandangi bintang-bintang. Karena Allah maha pemurah.
            Ya, karena aku jenuh. Jenuh dengan rutinitasku yang sekarang. Semua yang ku lakukan, jadi serba berlebihan dan terlewat batasnya. Pagar yang sudah ku bangun selama bertahun-tahun kini tinggal akarnya. Akar yang menancap di tanah. Bunga yang menghiasinya kini tak tampak lagi. Batangnya sudah keropos. Warna catnya juga sudah mulai pudar. Tapi masih di bilang kokoh. Tahu apa yang ku maksud?
Aku ingin bisa shalat tepat waktu lagi!
Aku ingin bisa menikmati indahnya berpuasa!
Aku ingin merasakan nikmatnya menangis di sepertiga malam terakhir!
Aku ingin, kembali berkumpul dengan orang-orang yang menyejukkan hati!
Aku ingin manjaga Lisan, Mata, Telinga dan seluruh anggota badanku!
Aku kehilangan ghandul basharku...
Aku kehilangan teman-temanku yang dulu.
Dan sekarang aku mulai berfikir bahwa adaptasiku mulai menghilangkan warnaku. Aku mulai terwarnai. Aku tak ingin berteriak lagi. Aku nggak mau kehilangan aku yang dulu. Dan aku menangis saat ini.
            Aku kehilangan sosok teman-teman yang mampu menjaga dirinya. Aku rindu mereka ya Allah.. Aku rindu.
            Sekarang aku bisa seenaknya duduk satu bangku dengan lawan jenisku, aku bisa seenaknya di colek oleh teman laki-lakiku, aku bisa-bisanya di bodohi oleh mereka yang mengirimiku pesan singkat dan akhirnya aku mengotori hatiku, aku jadi jarang bangun pagi sepagi dulu, aku jadi jarang menghatamkan al-qur’an, aku jadi jarang berdzikir pagi, aku jadi sering bernyanyi daripada mengingat Tuhan, aku jadi tidak pernah menangis karena memaknai arti Al-Qur’an, aku jadi lebih banyak menghujat dari pada bersyukur, aku jadi lebih manja dari biasanya, aku tidak pernah shalat di awal waktu, aku jadi mudah menggampangkan sebuah dosa, aku juga jarang pakai kaus kakiku lagi, aku sekarang takut mengingatkan temanku. Karena aku : KOTOR.
            Dulu aku berfikir, aku tidak bisa hidup hanya dengan diam. Makanya aku menjadi orang yang super duper rame. Tapi aku jadi bukan seobrang wanita. Aku menjadi liar. Aku suka berteriak, aku suka melakukan hal yang membuat laki-laki menjadi senang menggodaku. Tapi aku sadar, bahwa ceria itu, tidak harus berlebihan. Aku tetap bisa tersenyum ,aku tetap bisa berjalan dengan santai dan ramah. Yang aku butuhkan saat ini hanyalah melembutkan hatiku. Memperbaiki tawakkalku, dan ikhtiarku. Ikhtiarkku untuk mejadi akhwat yang shalihah. Tidak perduli apa yang akan mereka katakan padaku. Jadi orang yang kalem, bukan berarti harus diam. Tapi aku bisa mengurangi intensitas tertawaku, intensitas lisanku dalam berteriak. Aku menyesal.
            Belajarku pun mulai kacau. Kapan aku belajar dengan sungguh-sungguh? Tidak pernah. Aku tidak punya niat yang tulus untukk berusaha belajar. Selalu di tunda, dan akhirnya, aku tidak melakukan apa-apa. Dan akhirnya pada saat nilaiku hancur, aku tertekan, kecewa, dan mutung. Tidak sepantasnya itu aku lakukan. Karena itu semua : SALAHKU! Aku bersalah telah tidak sungguh-sungguh. Aku bersalah sudah mengejar yang lain. Cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar