Selasa, 17 Januari 2012

Success Built to Last



Sukses adalah Tentang Hasrat Diri
Judul Buku       : Success Built to Last Menciptakan Hidup Yang Berarti
Pengarang       : Jerry Porras, Stewart Emery dan Mark Thompson
Penerbit          : Esensi, Penerbit Erlangga
Cetakan           : Terjemahan @2006
Tebal Buku      : 340 lembar
“Mereka yang tidak tahu bagaimana menangis dengan sepenuh hati, tidak akan pernah tahu juga bagaimnana harus tertawa” (Golda Meir)
            Memaknai sebuah kesuksesan. Kadangkala kita merasa jenuh dengan apa yang sedang kita usahakan. Mengapa? Karena tidak ada keinginan yang muncul sepenuh hati. 10 tahun sudah, Jerry Porras, Stewart Emery dan Mark Thompson melakukan serangkaian wawancara mendalam dan ekstensif dengan ratusan tokoh-tokoh sukses dunia, mulai dari presiden, peraih nobel, atlet olimpiade, CEO, miliuner, peraih Oscar, dan lain sebagainya. Pribadi-pribadi yang mereka wawancarai bukan hanya mereka yang sudah dikenal publik, melainkan banyak juga yang tidak dikenal namun memberikan sumbangsih nyata dan pengaruh abadi bagi banyak orang di sekitarnya.
Satu-satunya jawaban yang ingin di cari adalah bagaimana orang-orang ini meraih sukses abadi. Bukan sekadar kesuksesan kilat yang megah namun segera hilang dan terlupakan, melainkan kesuksesan yang pengaruhnya terus bertahan dan bergema hingga puluhan tahun ke depan. Para Pengukir Prestasi, begitulah buku ini menyebut mereka yang berhasil di wawancarai.
Dari hasil wawancara tersebut, penulis berhasil merumuskan faktor-faktor yang membuat pribadi luar biasa itu menuai kesuksesan yang abadi. Di antaranya: orang sukses tidak selalu bergantung pada persetujuan orang lain untuk mendapatkan tujuan-tujuannya.
“Kesuksesan hanya milik orang-orang yang berani”
Para Pengukir Prestasi memiliki keberanian untuk mengambil inisiatif, bukan karena tekanan sosial, melainkan karena mereka sendiri menghendakinya. Mereka secara emosional lebih memiliki komitmen untuk melakukan apa yang mereka sukai daripada apa yang disukai orang lain. Mereka tidak pernah berkubang pada satu kesalahan atau kekalahan, atau malah mencari kambing hitam pada saat sesuatu tidak beres. Sebaliknya, mereka akan dengan bijaksana menempatkan prioritas yang tinggi pada pencarian atau penemuan hasil efektif yang mereka cari.
Buku ini mnjelaskan mengenai fakta yang sangat jelas mengenai hasrat dalam bekerja. Jika kita tidak mencintai apa yang sedang kita kerjakan, kita akan kalah dari orang lain yang mencintai apa yang dikerjakannya. Untuk semua orang yang hanya setengah hati dengan pekerjaan atau hubungan mereka, ada orang lain yang mencintai hal itu. Orang yang seperti inilah yang akan bekerja lebih keras dan lebih lama. Mereka akan berlari lebih cepat dari kita. Meskipun terasa lebih aman untuk tetap bertahan pada sebuah peran lama, kita akan merasakan energi yang terkuras habis dan berhenti pada saatnya tiba. Lalu bagaimana kita mampu mengatur langkah agar sukses kita tidak hanya sukses abal-abal? Agar mimpi kita tidak hanya mimpi picisan yang akan sia-sia di akhir nanti? Success Built to Last adalah jawabannya.
Sajian buku ini adalah hasil dari penelitian yang tidak sederhana. 10 tahun bukan waktu yang singkat untuk membuat sebuah buku. Mengejar para narasumber adalah tantangan untuk menciptakan buku ini. Dan hasilnya begitu menabjubkan! Karena tidak hanya teori yang di sajikan, namun juga fakta- fakta real yang di sajikan buku ini akan memukau siapa saja yang membacanya. Semua terasa lebih nyata dan lebih dekat untuk dirasakan dan di aplikasikan pada dunia nyata.
Tidak ada gading yang tidak retak, layaknya buku terjemahan lainnya, mencerna buku Success Built to Last memang tidak semudah jika kita membaca buku karya penulis dalam negeri. Proses sebuah penerjemahan lebih rumit dan di butuhkan beberapa ahli bahasa. Buku yang terkesan tebal, tanpa cover yang menarik juga mengurangi daya tarik buku ini. Judulnya yang berbahasa Inggris akan membuat orang ragu untuk membacanya.
“Segala sesuatu akan berubah menjadi yang terbaik bagi orang-orang yang menciptakan cara terbaik untuk mengubah segla sesuatu. (John Wooden)”
Maulia Hikmah XI IPA 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar