Minggu, 04 November 2012

Masa Lalu

Seorang Uztadz mengirimkan kata-katanya di dinding facebookku. Dengan penuh kesadaran aku menangis, dan tumpah hingga magrib datang. Kata-katanya yang jujur, membuatku malu akan keadaanku saat ini. subhanalloh, aku dulu pernah seperti ini..
 
MAULIA MENGAJARIKU CINTA

Masih terlihat sangat jelas wajah Lia, sapaan dari Maulia Hikmah saat duduk di bangku kelas 6 SDIT Ihsanul Fikri di Kota Magelang. Sang guru mencoba mempertajam kembali ingatan 6 tahun yang lalu, dan dari situ nampak semakin jelas bagaimana sosok dan karakter yang melekat pada dirinya. Sungguh tak pernah kujumpai wajah lesu maupun sifat kaku pada bocah ini. Lugunya sang bocah masih nampak jelas dari gaya bicara dan cara dia berbusana. Perasaannya tulus seperti mentari yang disaat terbit dan terbenamnya selalu memberi pesona. Sebab itulah, teman-temannya merasa nyaman bergaul dengannya.
Sore hari yang cerah, nampak sang surya akan segera pamit untuk berbagi cerah, karena pada saat itu malam akan segera datang. Dan tanpa disadari waktu begitu cepat berlalu. Hari demi hari sang guru menjadi sangat akrab dengan sang bocah, sehingga banyak kisah yang tercurah yang terrekam kuat di kepala.
Dibalik badannya yang kurus dan kering, banyak potensi dan prestasi yang dimiliki sang bocah. Sederhana, hormat dengan yang lebih tua dan sopan dalam bertutur kata sangat melekat jelas pada diri sang bocah. Profil itulah yang kemudian memberikan banyak inspirasi bagi sang guru yang saat itu baru dua tahun menjadi seorang guru.
Sebagai guru tahfidz Al quran, sang guru sangat malu karena bisa dibilang lebih banyak sang bocah dalam bermurajaah. Karena itulah asa sang guru mulai menguasai jiwanya untuk kembali menata menjadi seorang guru tahfidz yang sesungguhnya. Sang guru sangat berterima kasih kepadanya, karena darinya sang guru bisa belajar kesederhanaan, menjaga tutur kata, berkasih sayang, bahkan menghargai pendapat orang lain dimanapun, kepada siapapun dan kapanpun.
Terima kasih nak, atas cinta yang kau berikan. Dengan kepercayaanmu aku belajar untuk tidak menyianyiakan kepercayaan, dengan kesederhanaamu aku belajar menerima, dengan keceriaamu aku belajar untuk tabah, dan dengan semangatmu aku belajar untuk maju menjadi seorang guru yang senantiasa dirindu karena Ilmu.
 
Subhanalloh, pak. Saya menangis saat ini. Banyak kemunduran terjadi pada diri ini. Cinta Alloh yang pernah sempat mampir kini terasa hampa. Banyak puing2 kisah masa lalu yang kembali saya punguti untuk memperbaiki diri. Kejahiliyahan yang sudah lama menyelimuti membuat hati ini tidak pernah tenang, senantiasa gundah dan hakikatnya selalu mencari. Tapi saya sudah lelah, pak. Saya tidak kunjung menemukan apa yang harus saya lakukan. Saya sudah terlalu banyak larut, terbawa dan jatuh. Untuk bangkit saya butuh kekuatan lain. Alloh sedang mengunji hambaNya yg kotor ini. Mungkin Alloh memberikan sekian banyak peristiwa nista pada saya agar saya bisa membedakan mana yg benar dan mana yang salah. Terimakasih pak Imam Sadzali, kembali mlecutkan semangat saya untuk bisa lebih baik di tengah kefuturan ini. Semoga Alloh selalu malimpahkan Rahmat-Nya untuk pak Imam dan keluarga. Jzakalloh khoiron katsir, pak. =D

Tapi, pak. sekarang saya udah nggak kurus kering lho. -___-'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar