Sejak kapan ya blog ini ada.. ahahahah, malu banget buka blog ini lagi
u.u
Beberapa akan mulai di hidden untuk di konsumsi sendiri saja. :P
Ini tentang cerita kemarin, seharian penuh peluh. Ahahah :)
Pagi-pagi sekali. Sekali
saja di pagi hari, harus merelakan bangun dan beranjak sepagi ini di hari libur
untuk berjalan-jalan, dan belajar. Mengajar anak-anak untuk mulai mencintai
bertanam. Menanamkan sejak dini kesenangan untuk berkebun. Meski panas, meski
banyak cobaan, meski harus jadi malas. Hahah.
Kembali ke masalah
pokok. Kami mengajar di kelas 5 SD Demangan 02, Yogyakarta. Begitu masuk dalam
ruang kelas yang gaduh, mereka hanya terdiam saat salam terucap. Tidak lama
setelah pembukaan dimulai, gaduhnya anak kecil tidak bisa dihindarkan. Satu yang
menjadi kekhawatiran saat itu, kalau mereka tidak mendengarkan, apakah kemudian
mereka bisa mengerti apa yang disampaikan? Sekuat tenaga aku dan tiwi berteriak
agar anak-anak dapat terkondisikan. Memilih kata-kata yang mudah dimengerti
anak kecil ternyata tidak mudah karena kebiasaan kami berada diantara
manusia-manusia yang seharusnya sudah ‘dewasa’. Berjalan dari satu kursi ke kursi
untuk mendudukkan anak-anak ternyata hanya akan menghabiskan waktu. Alhasil,
kami diamkan saja mereka dengan polah yang menggemaskan.
Ini yang aneh, saat
ada seorang siswa laki-laki menarik manja tanganku. Aku takut kau tahu? Aku takut
karena mereka bukan muhrimku. Lucu bukan? Bahkan umur mereka mungkin masih
10-11 tahun dengan polah yang menggemaskan. Saat itu, aku tertegun dan teringat…
Dulu, saat usiaku
masih se-belia mereka, aku bahkan menjaga jarak dengan guru ikhwan yang
notabene-nya bukan mahramku. Saat kelas lima, bahkan jika ada akhwat diruangan
kelas, tidak ada ikhwan yang masuk kecuali akhirnya mereka masuk bersama-sama. Jadi
tidak pernah ada khalwat sejak kelas lima. Hahaha, tidak ada duduk sebangku
dengan ikhwan, tidak ada kejar-kejaran dan menarik tangan ikhwan, tidak ada
pacaran dan tidak ada jarak dekat dengan ikhwan. Makanya, saat aku bersama
anak-anak ini, rasanya canggung bila harus berdekatan dengan anak laki-laki
yang bahkan ukuran tubuhnya saja setengah badanku. Uhuhu.
Setelah bernegosiasi
dengan pikiranku, ku mantapkan untuk tetap membelai sayang surai mereka,
memeluk lembut dan mengkondisikan mereka sesuai umur mereka. Satu hal yang aku
sadari, ternyata dulu aku telah dewasa sebelum waktunya. Maafkan aku ya Alloh,
bila akhirnya kedewasaanku dulu tak berjalan istiqomah hingga saat ini. Hingga aku
ternyata tak malu bedekatan dengan laki-laki hingga bangku kami mungkin
bersebelahan. Aku mengerti tapi aku lupa. Karena pada akhirnya, saat kita
terbiasa melakukan hal haram, yang halal menjadi aneh di mata. Menjadi aneh
bila syuro’ kemudian ada hijabnya, menjadi aneh jikalau laki-laki seharusnya
memang tidak boleh berkhalwat dengan wanita. Ighfirlii rabbi… :-(
Hey, tapi
berbahagialah..
Agriculture goes to
school kemarin terasa benar-benar menyenangkan. Anak-anak mulai antusias,
semoga saja banyak anak bangsa yang kemudian sadar akan pentingnya menanam,
pentingnya melestarikan alam dan seberapa penting pertanian harus tetap
berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar