Sabtu, 31 Mei 2014

Waktu main sama anak-anak :D



Sejak kapan ya blog ini ada.. ahahahah, malu banget buka blog ini lagi u.u
Beberapa akan mulai di hidden untuk di konsumsi sendiri saja. :P
Ini tentang cerita kemarin, seharian penuh peluh. Ahahah :)

                Pagi-pagi sekali. Sekali saja di pagi hari, harus merelakan bangun dan beranjak sepagi ini di hari libur untuk berjalan-jalan, dan belajar. Mengajar anak-anak untuk mulai mencintai bertanam. Menanamkan sejak dini kesenangan untuk berkebun. Meski panas, meski banyak cobaan, meski harus jadi malas. Hahah.
                Kembali ke masalah pokok. Kami mengajar di kelas 5 SD Demangan 02, Yogyakarta. Begitu masuk dalam ruang kelas yang gaduh, mereka hanya terdiam saat salam terucap. Tidak lama setelah pembukaan dimulai, gaduhnya anak kecil tidak bisa dihindarkan. Satu yang menjadi kekhawatiran saat itu, kalau mereka tidak mendengarkan, apakah kemudian mereka bisa mengerti apa yang disampaikan? Sekuat tenaga aku dan tiwi berteriak agar anak-anak dapat terkondisikan. Memilih kata-kata yang mudah dimengerti anak kecil ternyata tidak mudah karena kebiasaan kami berada diantara manusia-manusia yang seharusnya sudah ‘dewasa’. Berjalan dari satu kursi ke kursi untuk mendudukkan anak-anak ternyata hanya akan menghabiskan waktu. Alhasil, kami diamkan saja mereka dengan polah yang menggemaskan.
                Ini yang aneh, saat ada seorang siswa laki-laki menarik manja tanganku. Aku takut kau tahu? Aku takut karena mereka bukan muhrimku. Lucu bukan? Bahkan umur mereka mungkin masih 10-11 tahun dengan polah yang menggemaskan. Saat itu, aku tertegun dan teringat…
                Dulu, saat usiaku masih se-belia mereka, aku bahkan menjaga jarak dengan guru ikhwan yang notabene-nya bukan mahramku. Saat kelas lima, bahkan jika ada akhwat diruangan kelas, tidak ada ikhwan yang masuk kecuali akhirnya mereka masuk bersama-sama. Jadi tidak pernah ada khalwat sejak kelas lima. Hahaha, tidak ada duduk sebangku dengan ikhwan, tidak ada kejar-kejaran dan menarik tangan ikhwan, tidak ada pacaran dan tidak ada jarak dekat dengan ikhwan. Makanya, saat aku bersama anak-anak ini, rasanya canggung bila harus berdekatan dengan anak laki-laki yang bahkan ukuran tubuhnya saja setengah badanku. Uhuhu.
                Setelah bernegosiasi dengan pikiranku, ku mantapkan untuk tetap membelai sayang surai mereka, memeluk lembut dan mengkondisikan mereka sesuai umur mereka. Satu hal yang aku sadari, ternyata dulu aku telah dewasa sebelum waktunya. Maafkan aku ya Alloh, bila akhirnya kedewasaanku dulu tak berjalan istiqomah hingga saat ini. Hingga aku ternyata tak malu bedekatan dengan laki-laki hingga bangku kami mungkin bersebelahan. Aku mengerti tapi aku lupa. Karena pada akhirnya, saat kita terbiasa melakukan hal haram, yang halal menjadi aneh di mata. Menjadi aneh bila syuro’ kemudian ada hijabnya, menjadi aneh jikalau laki-laki seharusnya memang tidak boleh berkhalwat dengan wanita. Ighfirlii rabbi… :-(
                Hey, tapi berbahagialah..
                Agriculture goes to school kemarin terasa benar-benar menyenangkan. Anak-anak mulai antusias, semoga saja banyak anak bangsa yang kemudian sadar akan pentingnya menanam, pentingnya melestarikan alam dan seberapa penting pertanian harus tetap berjalan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar