Kamis, 20 September 2012

Curian kata

Karena ia terisi di saat waktu-waktu kosong itu tiba. Dimana aku yang sendirian di ruang kehampaan,. Bahkan cahaya yang menunggu untuk ku datangi mungkin sudah jenuh mendengar pengakuanku. Di tengah-tengah gegap gempitanya suasana masa lalu yang bergulir kembali, mencuak percikan-percikan bara yang sudah lama tak menghuni goa tempat sang bara besemedi. Merayu-rayu dan membakar seluruh isinya sampai habis. Tinggal tetes demi tetes air yang tersisa. Ya, tinggal tangisan-tangisan bodoh tanpa sedikitpun rasional itu sudi menyentuhnya. Itulah wanita. Dan itulah aku. Begitu rapuhnya hingga bara bodoh itu mampu merobek-robek harapan. Dan dengan berani meninggalkan kotoran-kotoran di dasar goa. Jalan Alloh selalu lebih indah, kan? Tapi aku ini kotor. Tidak ada kepantasan yang layak untukku agar aku mendapatkan apa yang aku inginkan, aku belum sepenuhnya takwa. Sedikitpun aku belum pantas. Tuhan masih menutup aibku hingga saat ini, Tuhan masih mau menjaga hatiku untuk mencari ketenangan. Tapi sampai kapan? Kalau akhirnya aku hanya memberontak, menjejak-jejakkan kakiku pada lumpur nista yang kugemari. Tanpa sedikitpun beranjak darinya. Aku sadar, aku tidak sedang melamun, tapi aku mati kutu. Aku tidak pernah berpindah posisi dari hambaNya yang nista menuju ketaqwaan yang sesungguhnya. Aku masih lumpuh, belum bisa bergerak, aku menunggu kursi roda dan kekuatan yang akan membantuku untuk berjalan lagi. Menunggu? Aku sudah gila. 17 tahun sudah aku menanti. Ada kalanya aku akan mencari. Tapi kapan? Kalau tidak ada yang mau membantuku untuk menompang aku berjalan. Katakan! Siapa makhluk nyata yang bisa menatihku berjalan? Aku sendirian. Aku butuh sesuatu! Akan ku bayar meski dengan nyawaku! Apapun itu, asal aku bisa terus berada dalam wadah suci ketaqwaan seorang muslimah. Jawab pertanyaanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar