Selasa, 12 Juni 2012

Tetap dalam kesyukuran


Tulisan ini di awali oleh hal-hal yang tidak berguna untuk terus di pi kirkan tulisan ini sebagai awal dan akhir sebuah perasaan semu yang akan berakhir setelah tulisan ini berakhir. Ini sebuah cinta. Cinta ini berawal dari sikap seorang adam yang memberikan perhatian yang lebih. Dan sikap seorang hawa yang terlalu toleran terhadap sikap sang adam. Tidak ada hawa yang mampu bertahan menahan benteng hatinya ketika seorang adam yang menerpa hati sang hawa berkali-kali dengan buaian kata-kata yang tidak semestinya keluar dari seorang teman. Sang adam tak henti-hentinya memperlakukan sang hawa sebagai seorang yang spesial, menyanjung dan membawanya ke langit yang tak terbatas. Maha Besar Allah ketika sang hawa kemudian jatuh pada lubang yang sama. Mencintai sang adam yang belum saatnya untuk di cicipi rasa manis cintanya saat ini. Tapi terlambat, kejadian yang sama terulang kembali. Sang Hawa jatuh cinta.
                Ironisnya, sang Adam mencintai perempuan lain yang lebih istimewa. Jauh ketimbang sang Hawa sang amat hina dan kotor ini di hadapan Tuhannya. Kembali berkali-kali Hawa menyadari satu persatu kesalahannya. Kesalahannya ketika ia mencintai sang Adam. Hawa merasakan kehinaan yang luar biasa saat ini. Hawa merasakan betapa hinanya ia ketika ia mau pergi hanya bersama adam. Ketika ia hanya mampu melihat Adam sebagai seorang yang patut untuk di sayangi.
                Hingga pada suatu hari Adam benar-benar meninggalkannya. Adam pergi menyatakan perasaanya kepada perempuan yang di cintainya. Sang Hawa merasa sakit, tapi rasanya tak se-sakit ketika mengenang apa yang dulu telah terjadi sebelumnya. Perlahan tapi pasti, sang Hawa mencoba membenahi hatinya hingga sekarang. Rasanya ingin marah, tapi pada siapa? Rasanya ingin menangis, tapi mengadu pada siapa? Hawa sudah terlalu malu pada Tuhannya ketika ia harus meminta hal-hal yang menjijikan seperti ini pada Tuhannya. Melihat perempuan yang di cintai orang yang kita cintai bukan hal yang mudah. Apalagi untuk menyayanginya. Sang Hawa sedang berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya, mencintai perempuan itu.
Usaha ini membuahkan hasil, perlahan hawa semakin menyayanginya sebagai saudaranya. Saudara seiman, saudara yang seharusnya saling mengingatkan. Tapi tidak lagi. Aku dan saudara perempuanku itu sudah kehilangan izzah sebagai seorang muslimah. Tapi hanya Allah yang maha mengetahui kebaikan seseorang, antara kita bertiga, hanya Allah yang tahu yang mana yang paling baik di sisi Allah. Masalah yang terjadi adalah ketika sang Hawa melihat Adam. Ada rasa benci yang menyusupi hati, yang menggerogoti simpati yang bersemai dalam hati. Benar-benar sudah gila. Haruskah Hawa membenci Adam? Tidak. Sudah di tanamkan dalam diri Hawa saat ini. Ia akan mencintai dirinya sendiri, lalu ia akan cintai yang lain.
                Ini salah sang Hawa, kenapa Hawa begitu bodohnya mau mengenal sang Adam? Kini keadaan sudah berubah. Atau akan dirubah! Jika Hawa itu aku, Aku akan benar-benar rela dan benar-benar akan pergi. Aku punya harga diri. (^.^)

2 komentar: